Pagi masih basah ketika saya sampai di Pelabuhan Ulee Lheue untuk bersiap - siap menuju Sabang, kotamadya yang terletak di Pulau Weh. Hujan pagi ini menyisakan genangan air di halaman pelabuhan, namun langit sudah cerah dengan warna birunya yang menyala. Waktu yang tepat sepertinya untuk melakukan kunjungan ke Sabang dan berencana berkeliling di Pulau Weh, pulau paling barat di Nusantara, tentunya setelah menyelesaikan seluruh urusan kedinasan. Salah satu yang wajib dikunjungi adalah titik Kilometer Nol (0) republik ini yang diletakkan di pulau itu. Mudah - mudahan semua urusan bisa berjalan dengan lancar dan cepat, sehingga memiliki cukup waktu untuk berkeliling Pulau Weh sebelum kembali ke Banda Aceh pada jam 04 sore nanti. Itu harap saya.
Jam 09.00 WIB Ferry Pulo Rondo yang saya tumpangi pun mulai meninggalkan Pelabuhan Ulee Lheue untuk menuju Sabang. Menurut informasi dari teman - teman Cabang Banda Aceh, perjalanan akan ditempuh selama 1 jam. Saya sendiri memilih untuk menikmati suasana di luar kabin ferry dengan duduk di buritan ferry bersama beberapa penumpang lain, melihat keindahan landscape di ujung barat republik ini.
Pulau Weh sendiri memiliki arti terpisah. Pulau ini pernah dipergunakan Sultan Aceh untuk mengasingkan orang - orang buangan. Menurut cerita, sekitar tahun 301 sebelum masehi, ahli bumi Yunani, Ptolomacus, berlabuh di pulau ini dan menyebutnya sebagai Pulau Emas. Pelaut lain yang pernah singgah di pulau ini adalah Sinbad pada abad ke 12. Sabang sendiri merupakan pelabuhan laut yang eksis sejak dulu. Banyak pedagang dari Arab yang berlabuh di Sabang. Para pedagangan Arab itu menyebut Pulau Weh sebagai Shabag yang berarti gunung meletus. Mungkin dari kata inilah nama Sabang berasal.
Ada beberapa pulau yang terdapat di sekitar Pulau Weh, salah satunya adalah Pulau Klah yang terdapat di Teluk Sabang.
Sabang sendiri menurut saya mirip sekali dengan Tanjung Pinang, ibukota Propinsi Kepulauan Riau. Suasana dan tata letak kotanya serta jalannya yang berbukit - bukit, membuat kenangan saya kembali ke tahun 2008 ketika sering mengadakan perjalanan dinas ke Tanjung Pinang. Setelah menyelesaikan urusan kantor, saya pun segera meluncur ke Tugu Kilometer 0 (Nol) yang letaknya 29 Km dari Sabang. Hari sudah siang ketika saya menyusuri jalanan yang berbukit dan sepi menuju ke Km 0 dan berharap dapat sampai disana sebelum waktu Sholat Jumat tiba. Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 1 jam, akhirnya sampai juga di tempat yang disebut - sebut sebagai salah lokasi wajib kunjung bila ke Pulau Weh. Tugu Km 0 berdiri gagah menghadap ke laut lepas. Sayang lokasi ini minim perawatan dan banyak coretan tangan - tangan jahil kita temui di tempat ini, termasuk pada prasasti titik Km 0 di dalam tugu. Sangat disayang sekali.
Selain melihat tugu dan prasasti Km 0, di lokasi ini anda juga dapat menikmati pemandangan ke Laut Andaman yang terhampar luas. Dan jangan kaget kalau anda juga akan mendapati banyak monyet disekitar lokasi.
Setelah selesai Sholat Jumat, saya dan teman - teman melanjutkan perjalanan ke Gapang, salah satu lokasi wisata yang terkenal dengan keindahan bawah lautnya. Disini biasanya wisatawan melakukan snorkling ataupun diving. Terdapat tempat penyewaan alat - alat untuk kegiatan penyelaman serta perahu motor yang akan membawa anda ke lokasi penyelamatan. Menurut teman saya, Gapang sendiri baru saja usai menjalankan tugas sebagai tempat diselenggarakannya Sabang Regatta 2011. Acara ini sendiri diikuti oleh peserta - peserta dari luar negeri dan sekaligus memperkenalkan keindahan wisata bahari Pulau Weh.
Sebelum pulang menuju Banda Aceh, saya dan teman - teman memutuskan untuk mengisi perut terlebih dahulu di Santai Sumur Tiga. Menurut teman - teman, selain santap siang, kita dapat menikmati keindahan pantai di Sumur Tiga ini. Tempatnya juga asri dan cocok untuk beristirahat.
Sayang sekali, perjalanan di Sabang dan Pulau Weh ini hanya untuk sehari saja, dari Jam 10.00 - 16.00 WIB. Ingin rasanya kembali lagi ke pulau ini dan mengunjungi tempat - tempat wisata yang lain serta mengabadikan indahnya pemandangan di bawah lautnya. Akhirnya, terima kasih kepada sahabat - sahabat di Banda Aceh dan Sabang, Marwan Hakim, Fakhrizal dan Hendra, yang telah menemani perjalanan mengitari Sabang dan Pulau Weh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar