Tidak afdol kunjungan ke Kalimantan,
khususnya Balikpapan atau Samarinda, bila tidak menikmati sajian Lai, durian
lokal Kalimantan. Begitu kata seorang
teman yang mengetahui saya telah bolak balik ke Balikpapan maupun Samarinda
untuk tujuan tugas kantor tapi belum sekalipun merasakan buah lokal Kalimantan
tersebut. Pasalnya, dalam setiap
kunjungan ke tanah Borneo tersebut selalu saja teman – teman di Balikpapan dan
Samarinda mengatakan kalau musimnya Lai belum tiba.
Jadi saya anggap belum beruntung saja.
Namun, setibanya di Samarinda
setelah menempuh perjalanan 3 jam dari Bontang, iseng saya melemparkan usul
kepada teman – teman rombongan seperjalanan agar sore itu mencari Lai, sebelum
check in di Hotel Bumi Senyiur, Samarinda.
Setelah berkeliling di Samarinda dan beberapa kali terjebak kemacetan
akibat antrian pembelian BBM di SPBU, kami pun akhirnya menemukan durian lokal
Kalimantan ini di salah satu sudut pasar tradisional Samarinda.
Fisiknya sendiri tidak ada
bedanya dengan durian kebanyakan. Namun
bila kita cermati, durinya ternyata jauh lebih bersahabat ketimbang durian
biasa karena lebih lembut. Salah seorang
teman bahkan sempat menempelkan duri Lai tersebut ke kulit wajahnya,
membuktikan kepada saya kalau duri Lai tidak berbahaya.
Lai yang memiliki nama latin
Durio Kutejensis (Kutejensis = berasal dari Kutai) sering juga disebut
Elai. Yang paling membuat saya takjub
adalah warna daging buahnya yang berbeda sekali dengan warna daging buah durian
kebanyakan. Warnanya kuning tua bahkan
beberapa ada juga yang oranye muda membuat saya tidak mampu untuk menahan hasrat
untuk mencobanya. Bagaimana rasanya si
durian yang berasal dari Kutai ini ?
Sebelum melangkah ke rasa buahnya, saya beritahukan dulu tentang tekstur
daging buahnya. Kalau durian biasa /
kebanyakan bertekstur lembut dan cendrung basah, Lai malah kebalikannya. Anda akan mendapati kalau tekstrur buah khas
Kalimantan ini kering dan sedikit liat / keras.
Seperti durian biasa yang belum matang / masak. Aromanya sendiri tidak sekuat
durian kebanyakan. Kebetulan penjual Lai di tempat kami bersantap
ini juga menjual durian biasa yang berasal dari Melak, salah satu durian
unggulan di Samarinda. Jadi, bisa
dibandingkan fisik Lai dengan Durian Melak.
Bagaimana dengan rasanya ?? Untuk anda penikmat durian rasa Lai tentunya
tidak sebanding dengan durian biasa / kebanyakan. Lai memiliki rasa yang menurut saya, kurang
nendang bila dibandingkan dengan durian kebanyakan. Tidak begitu ber-gas dan tidak begitu manis
atau pahit sebagaimana rasa durian kebanyakan.
Teman saya mengatakan kalau mencicipi Lai ini hingga puluhan biji juga
tidak bakal mabuk atau pusing. Jadi
cukup aman bila disantap oleh penderita kolestrol sekalipun. Begitu katanya. Saya tidak tahu apakah pendapatnya tersebut
berdasarkan hasil penelitian medis atau tidak, namun saya bersyukur sekali di
kunjungan saya yang kesekian kalinya ke tanah Borneo ini akhirnya dapat
menikmati sajian durian lokal khas Kalimantan, Lai.
ngeliat fotonya bener2 bikin lapeeerr..
BalasHapusTerima kasih telah mampir dan membubuhkan komentarnya. Yang pasti, tampilan Lai si durian hutan asal Kalimantan Timur ini, memang menggoda. Namun buat penikmat dan penggila durian sejati, citarasa Lai kurang nendang bahkan kalah jauh.
Hapusga sengaja nemu blog ini ketika googling ttg lai, setelah diamati ternyata pemilik blog adalah org yg saya kenal..kalo dinas ke samarinda lagi jgn lupa kbr2i ya Dhan..:D
BalasHapus-Mimi-
Bu Mimi yang baik,
HapusTerima kasih telah mampir via google. Insya Allah bila berkunjung kembali ke Samarinda saya akan kabari. Semoga bisa menikmati Lai bersama - sama di Samarinda....