Matahari mulai meninggi tak kala
perahu motor yang membawa kami mengarah pulang, usai melihat geliatnya pasar
terapung di Sungai Kuin. Lamunan saya
buyar seketika sesaat melihat siluet bangunan besar nun jauh di ujung
sana. Indah sekali. Air Sungai Kuin berubah keperakan karena
sinar matahari pagi ini. Ahh..masih ada
waktu untuk melongok bangunan bersejarah di ujung sana. Setidaknya saya masih punya waktu 10 – 15 menit
sebelum kembali ke hotel dan bersiap ngantor hari ini. Ya, Mesjid Bersejarah Suriansyah , demikian
masyarakat Banjarmasin menyebut bangunan yang tadinya berupa siluet berangsur –
angsur tampak jelas seiring perahu motor kami mendekati dermaga yang persis
berada di depannya.
Berdasarkan beberapa sumber yang
saya baca, mesjid ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Suriansyah (1526 –
1550), Raja Kerajaan Banjar pertama yang memeluk Islam, dan merupakan mesjid
tertua di Banjarmasin. Dalam beberapa
sumber dikisahkan Sultan Suriansyah yang mulanya bernama Pangeran Samudera
merupakan putera dari Putri Galuh, puteri dari Maharaja Sukarama, Raja dari
Kerajaan Negara Daha. Sang Raja memiliki
3 orang putera, yaitu Pangeran Mangkubumi, Pangeran Tumanggung dan Pangeran
Bagalung, serta seorang puteri, yaitu Putri Galuh. Sudah sewajarnya bila pewaris kerajaan ada di
pundak putera Sang Raja, namun Sang Raja berwasiat lain. Dia menunjuk cucunya, Pangeran Samudera,
putera dari Putri Galuh, untuk menggantikannya menjadi Raja bila Sang Raja
mangkat. Keadaan
menjadi tidak terkendali ketika Sang Raja wafat. Pangeran Tumanggung dan Pangeran Bagalung
tidak terima atas wasiat tersebut.
Pangeran Samudera yang ketika itu berusia 10 tahun pun akhirnya
diasingkan, keluar dari istana.
Pangeran Samudera selama belasan
tahun hidup sebagai nelayan di perkampungan Sungai Kuin. Pada suatu hari, tanpa
disengaja, Pangeran Samudera bertemu dengan Patih Masih dan dari pertemuan
tersebut akhirnya terungkap jati diri Pangeran Samudera yang hidup sebagai
nelayan tersebut. Patih Masih bersama
dengan patih – patih yang lain serta didukung oleh rakyat mengangkat Pangeran
Samudera menjadi Raja Kerajaan Banjar serta melepaskan diri dari Kerajaan
Negara Daha. Ketika itu Pangeran
Tumanggung memimpin kerajaan Negara Daha, menggantikan kakaknya, Pangera
Mangkubumi yang tewas terbunuh, mendengar Pangeran Samudera masih hidup dan
menjadi raja di Kerajaan Banjar.
Pangeran Tumanggung pun akhirnya menyatakan perang kepada keponakannya
tersebut. Kerajaan Banjar mendapatkan
dukungan dari Kerajaan Demak yang tiba pada tahun 1526 di Sungai Kuin. Dukungan dari Kerajaan Demak ternyata
bersyarat, yaitu Pangeran Samudera dan pengikutnya wajib memeluk Islam. Pada 24 September 1526, Pangeran Tumanggung
dan Pangeran Samudera berdamai. Keduanya
berpelukan dan Kerajaan Banjar sejak saat itu resmi memisahkan diri dari
Kerajaan Negara Daha. Hari bersejarah
tersebut juga diperingati sebagai hari jadinya kota Banjarmasin. Pangeran Samudera sebagaimana janjinya
akhirnya memeluk Islam dan bergelar Sultan Suriansyah.
Mesjid Bersejarah Sultan
Suriansyah memiliki bentuk arsitektur tradisional Banjar, dengan konstruksi
panggung dan beratap tumpang. Walaupun beberapa kali telah dipugar, namun
arsitektur asli tetap dipertahankan dan didominasi oleh kayu.
Melangkahkan kaki memasuki mesjid
ini mengundang rasa takjub saya. Di
dalam ruang mesjid terdapat 4 soko guru yang berdiri kokoh dengan ukiran khas
Banjar disekujur badannya. Saya pun menyempatkan
shalat sunat tahiyatul masjid disusul dengan Shalat Dhuha sebelum mengambil
gambar di dalam ruang mesjid ini. Tenang
dan damai menjalar dalam hati saya ketika duduk bersila memandang sekeliling
mesjid yang terbuat dari kayu ini.
Tak
jauh dari tempat saya, di depan terdapat mimbar dan daun pintu yang
dikacakan. Menurut penjaga mesjid, daun
pintu tersebut adalah Lawang Agung (Pintu Utama), salah satu daun pintu yang
dibuat oleh Kiai Demang Astungkara pada 10 Sya’ban 1159, usianya sudah lebih
250 tahun. Mimbar yang berada di mesjid
ini juga tak kalah tua usianya. Mimbar berbahan
kayu Ulin ini dibuat pada 17 Rajab 1296 H atau hampir mencapai 150 tahun
usianya.
Rasanya masih ingin berlama – lama di mesjid ini. Namun, saya terlanjur punya janji pagi ini dengan rekan – rekan di kantor untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan. Mudah – mudahan masih ada asa untuk berkunjung kembali. Terima kasih kepada Pak Moegiyarto Soeryo yang sudah bersedia ikut dalam kegiatan membelah pagi di Banjarmasin.
Jual Obat Aborsi Ampuh
BalasHapusJual Cytotec Obat Aborsi Tuntas
Obat Aborsi Jakarta Barat
Jual Obat Aborsi Semarang
Obat Aborsi Batam Tuntas
Jual Obat Aborsi Bandung Tuntas
Ada Obat Aborsi
Obat Aborsi Surabaya
Obat Aborsi Semarang
Cara Menggugurkan Kandungan
Obat Aborsi
Informasi Hubungi Kami SMS : 0822-4236-1182 - WA : 0822-4236-1182