Berkunjung
ke kota Semarang tanpa mampir dan sholat di Mesjid Agung Jawa Tengah, Semarang,
sepertinya kurang afdol. Jadilah di
siang yang terik itu, saya beserta rombongan dari Jakarta, dengan ditemani oleh
Kepala Cabang kantor saya di Semarang,
Bapak Ahmad Zailani, berangkat menuju Mesjid Agung Jawa Tengah yang lebih
sering disebut MAJT. Saya sendiri
terprovokasi oleh salah satu artikel yang pernah dimuat di Majalah Chip Foto
Video yang menceritakan kemegahan serta keunikan mesjid ini. Selain tempat ibadah, mesjid ini telah
ditasbihkan salah satu spot fotografi yang wajib disambangi bila berada di
Semarang. Disela – sela tumpukan
pekerjaan saya berusaha untuk memprovokasi anggota rombongan yang lain agar
bersedia untuk menyempatkan langkah ke MAJT ini.
Perjalanan
ke MAJT sendiri ternyata menghabiskan waktu sekitar 45 menit. Lumayan memakan waktu namun worthed lah. Dari Wikipedia saya peroleh informasi bahwa
sejarah pembangunan mesjid ini sendiri pun tak kalah uniknya bila dibandingkan
dengan arsitekturnya yang merupakan gabungan dari budaya Jawa, Timur Tengah dan
Romawi. Dibangun di atas lahan seluas 10
ha, proses penyelesaian pekerjaannya dari mulai peletakan batu pertama oleh
Menteri Agama Said Agil Siraj hingga diresmikan oleh Presiden SBY memakan waktu
kurang lebih 4 tahun dengan berbiaya sebesar Rp198 Milyar. Lahan tempat dibangunnya MAJT merupakan tanah
wakaf milik Mesjid Besar Kauman Semarang yang sempat raib entah kemana akibat
adanya tukar guling dengan tanah seluas 250 ha di Demak. Maksud tukar guling
itu sendiri adalah untuk memberdayakan aset mesjid yang awalnya dinilai tidak
produktif. Setelah melalui proses yang
panjang akhirnya tanah wakaf tersebut dapat dikuasai kembali dan dibangunlah
MAJT.
Memasuki
gerbang depan saya dan rombongan disambut undakan tangga dan pilar – pilar yang
berjumlah 25 pilar yang menyimbolkan jumlah rasul. Sejenak pilar – pilar itu mengingatkan saya
akan bangunan koloseum di jaman Romawi. Di
pelataran mesjid sendiri terdapat 6 payung raksasa elektrik, seperti yang ada
di Mesjid Nabawi. Sayang sekali, ketika
kunjungan saya payung tersebut tidak dioperasionalkan. Menurut petugas parkir di area MAJT, payung
dibuka seminggu sekali ketika menggelar sholat Jumat. Selain itu juga payung bakal dioperasionalkan
untuk pelaksanaan sholat Idul Fitri dan Idul Adha dengan catatan kecepatan
angin tidak melebihi 200 knot.
Setelah
puas mengagumi arsitekturnya dari luar, saya dan rombongan pun memutuskan untuk
melongok ke dalam. Menunaikan sholat
Zuhur berjamaah dan merasakan atmosfir kedamaian MAJT bersama rombongan. Bangunan utamanya sendiri berasitektur Jawa
dengan menggunakan atap limas khas bangunan – bangunan Jawa pada umumnya. Lengkungan jendela dan pintu masuk mesjid terlihat
apik dan menyatu dengan arsitektur bangunan utama mesjid. Ruang dalamnya lega
sekali dan menurut saya sedikit sekali arsitektur yang berbau Timur Tengah.
Dengan luas bangunan utama mencapai 7.669 m2, bangunan dalam mesjid sendiri
diklaim dapat menampung jemaah hingga 5.000 orang sementara di halaman depan
dengan dipayungi 6 payung raksasa dapat memuat 10.000 orang jemaah.
Selesai
melaksanakan sholat Zuhur, saya memutuskan untuk berkeliling di bangunan utama
mesjid, termasuk menjelajah ke lantai 2 bangunan utama mesjid. Di dekat pintu masuk utama anda akan
mendapati mushaf Al Quran raksasa dengan ukuran 145 x 95 cm yang ditulis tangan
oleh Drs. Hayat dari Pondok Pesantren Al Asyariyyah, Wonosobo. Beliau menyelesaikan penulisan mushaf
tersebut dalam waktu 2 tahun 3 bulan. Tidak jauh dari mushaf raksasa tersebut,
anda pun dapat mengagumi benda raksasa lainnya, berupa beduk yang diberi nama
Beduk Ijo Mangunsari. Menurut ceritanya,
beduk ini sendiri merupakan replika beduk Pendowo yang ada di Purworejo dengan
panjang 310 cm dan diameter 220 cm.
Menurut informasi yang tertera di papan yang berada di depan beduk,
beduk ini menggunakan 156 buah paku serta dilapisi kulit lembu asal Australia
dan dikerjakan oleh santri dari Pondok Pesantren Al Falah, Banyumas.
Puas mengelana
di dalam bangunan utama mesjid, saya dan seorang teman, Bapak Endang Barzah,
memutuskan untuk melihat – lihat panorama mesjid agung dan kota Semarang dari
atas Menara Asmaul Husna. Menara ini
letaknya tidak jauh dari bangunan utama dan pelataran mesjid agung, namun
karena sinar matahari cukup terik siang itu, untuk mencapainya sepertinya
dibutuhkan usaha ekstra. Menara ini
memiliki ketinggian 99 meter sehingga diberi nama Asmaul Husna, sesuai dengan
banyaknya nama Allah SWT, dan terdapat 19 lantai di dalamnya. Untuk menaikinya anda harus membayar tiket
atau retribusi sebesar Rp5.000,00 mulai usia 3 tahun ke atas sebelum menaiki
lift untuk menjelajah di menara ini.
Bila anda ingin melihat perkembangan penyebaran dan peradaban Islam di
Semarang dan Jawa Tengah, silahkan mampir ke lantai 2 dan 3. Untuk anda yang ingin mengisi perut sambil
menikmati pemandangan kota Semarang dari ketinggian, singgah saja di lantai 18
dimana restaurant berputar telah menanti anda.
Saya dan Pak Endang langsung memacu lift menuju ke lantai 19, dimana
kami bisa menikmati panorama kota Semarang dan mesjid agung dari
ketinggian. Di lantai ini juga terdapat beberapa
peralatan yang dipergunakan untuk melihat hilal dan teropong di beberapa sisi
namun untuk menggunakannya anda wajib merogoh kocek lagi untuk membayar biaya
tambahannya.
Tidak terasa
sudah 1 jam juga kami berkeliling di Mesjid Agung Jawa Tengah ini dan merasakan
kemegahan serta keunikannya. Terima
kasih tak terhingga kepada Bapak Ahmad Zailani, pimpinan Cabang di Semarang,
yang sudah berkenan membawa saya dan rombongan untuk mengagumi salah satu ikon
kota Semarang.
subhanallah,,,benar-benar mengagumkan masjid ini...sungguh karya yang luarbiasa memadukan beragam arsitektur dunia kedalam satu bangunan masjid..ternyata bisa menghasilkan karya yang sungguh luarbiasa...sungguh adem rasanya bila sempat beribadah di masjid ini..kapan ya saya bisa mengunjunginya :)
BalasHapusOm Hariyanto yang baik,
HapusTerima kasih telah mampir di blog saya dan meninggalkan komentar. Insya Allah, saya mendoakan agar panjenengan diberikan kesempatan dan kesehatan untuk dapat berkunjung serta merasakan nikmatnya beribadah di MAJT. Amin....
Salam Persaudaraan Kami dr Kab Batang Kunjungi Balik ya Blog saya
BalasHapusTerima kasih telah mampir di blog saya Om...Insya Allah saya mampir ke blognya Om....
Hapus